Monday, March 28, 2016

tarif 300 - 500 abg subang pamanukan

cewek abg pantura pamanukan subang tarif 300 - 500 ribu










 Gerimis mulai turun siang itu ketika para tukang ojek bersantai di 
pangkalan. Mereka bersenda gurau, namun mata mereka selalu waspada memerhatikan setiap kendaraan yang melintas di pertigaan Desa Saradan, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Desa itu terletak di Jalan Raya Subangmenuju Pamanukan.Jika ada pengendara mobil atau sepeda motor yang terlihat bingung, para tukang ojek dengan sigap mendekati lalu bertanya hendak ke mana si pengendara itu.

Jika si pengendara bilang mereka mencari gadis penghibur, para tukang ojek itu bungah. Itu berarti rezeki tambahan akan mereka dapatkan dengan mengantarkan si pengunjung ke lokasi yang dituju.

Ya, di kawasan itu memang terdapat perempuan penghibur yang menyebar di beberapa desa. Paling banyak, berada di Desa Padamulya, Kecamatan Cipunagara, meskipun secara lokasi berada dekat Kecamatan Pagaden. Di sana, bisnis perempuan penghibur rumahan begitu kentara. Perempuan-perempuan itu bisa dengan mudah ditemui di rumah mereka. Yang mengejutkan, praktik perempuan penghibur di kampung itu diketahui keluarga, bahkan mendapat restu.

Salah satu calo perempuan penghibur rumahan menyebut, banyaknya gadis-gadis kampung yang melayani tamu sudah hal biasa. Bagi masyarakat setempat, hal itu bukan lagi tabu. “Keluarga mereka merestui bahkan mendukung anaknya bekerja seperti itu. Masyarakat pun cuek karena sudah lama kegiatan itu berlangsung di sini,”

Pengunjung yang datang biasa dipandu calo ke rumah-rumah perempuan rumahan. Salah satu lokasinya berada di Dusun Peundeuy, Desa Padamulya. Di sana, terdapat hampir 30 rumah yang para gadisnya bisa melayani para tamu.

Biasanya, tamu terlebih dulu diajak ke sebuah rumah yang mereka sebut sebagai kafe. Di rumah itu para calo akan menghubungi beberapa perempuan sesuai kriteria yang diminta pengunjung.

Benar saja, tak sampai setengah jam menunggu, beberapa perempuan muda sudah datang. Yang mengejutkan, kedatangan mereka diantarkan oleh keluarganya; saudara kandung atau ayah mereka sendiri.

Para gadis itu kemudian diperkenalkan ke pengunjung. Sedangkan urusan tarif didapat dari hasil kesepakatan antara tamu dengan si perempuan. Biasanya, untuk perempuan muda dan cantik, bertarif Rp 300.000-Rp 500.000 sekali kencan.

Yang membedakan dengan dunia malam lainnya, di tempat itu mereka cenderung fleksibel dan tidak begitu terburu-buru dikejar waktu. Pengunjung bisa mengajak gadis-gadis itu bersantai selama beberapa jam, tanpa dikenai tarif tambahan...




Di wilayah Pantai Utara (Pantura) Subang, bisnis perempuan penghibur juga merebak.





 Lihat saja di kiri-kanan sepanjang jalan daerah Patoekbesi, Celeng, Cikijing, dan beberapa tempat lain, tempat hiburan amalam dan karaoke bertebaran. Pada siang dan malam hari, para gadis penghibur selalu tersedia.

Penelurusan saya di beberapa rumah yang disulap menjadi tempat karaoke di Patoekbesi, para gadis penghibur di sana justru mayoritas masih berusia muda.

Untuk menarik para tamunya, mereka biasanya berkumpul di depan rumah. Mereka tidak sungkan-sungkan melambaikan tangan dan bahkan memanggil orang-orang yang mengendarai kendaraannya dengan pelan.

Tamu yang datang biasanya ditawarkan untuk karaoke di sebuah room di rumah itu. Tarif satu jam karaoke, rata-rata Rp 60.000. Tapi ada juga paket karaoke plus minum sebesar Rp 500.000 hingga jutaan rupiah.


"Di sini tidak pernah sepi. Tamunya orang dari mana saja, karena letaknya di tepi jalan raya. Ada yang sekadar mampir, tapi banyak juga yang sengaja datang ke sini cari hiburan. Paling banyak orang Jakarta," kata Nia (nama samaran), salah satu gadis penghibur.

Berbeda dengan praktik gadis penghibur rumahan, di Pantura seolah tidak ada matinya. Ketika saya menelusuri Kampung Cimacan, Desa Balingbing, Kecamatan Pagaden Barat, lokasi ini ternyata sudah dikenal sejak tahun 1990-an.







2 comments: